Kisah Persahabatan Mahfud MD dan Luhut Binsar Pandjaitan Sejak Era Gus Dur
Mahfud MD dan Luhut Binsar Pandjaitan telah bersahabat selama kurang lebih 24 tahun.
Keduanya pertama kali bertemu ketika sama-sama menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada masa itu, Mahfud MD menjabat sebagai Menteri Pertahanan, sedangkan Luhut dipercaya sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Sejak saat itu, hubungan keduanya semakin dekat dan sering bertukar pikiran, meskipun terkadang berbeda pandangan politik.
Mahfud MD mengungkapkan salah satu pengalaman yang paling berkesan tentang Luhut terjadi saat dirinya menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).
Pengalaman itu terkait konflik yang ia hadapi dengan institusi Polri dalam kasus "cicak buaya."
Pada kasus tersebut, Mahfud menyatakan bahwa pimpinan KPK, Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto, tidak bersalah.
Keputusan Mahfud tersebut memicu ketegangan dengan Polri.
Ia menceritakan bahwa pengawalnya yang berjumlah 12 orang dari institusi Polri serentak mengundurkan diri.
Hal ini membuat Mahfud harus bepergian tanpa pengawalan sebagai pejabat tinggi negara.
"Mereka mengundurkan diri ramai-ramai sebagai pengawal saya, penjaga rumah, penjaga kantor. Semua serentak pergi setelah saya menyatakan Chandra dan Bibit tidak bersalah," ujar Mahfud.
Di tengah situasi sulit tersebut, Mahfud teringat sahabatnya, Luhut.
Ia kemudian menghubungi Luhut untuk menceritakan kondisi dirinya yang tanpa pengawalan.
Mendengar cerita Mahfud, Luhut terkejut dan segera bertindak.
Luhut mengutus dua prajurit dari Satuan Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus untuk mengawal Mahfud.
Menurut Mahfud, salah satu prajurit itu mendatanginya saat kunjungan ke Yogyakarta dan memperkenalkan diri sebagai orang yang dikirim oleh Luhut.
"Ya tidak benar juga masa Pak Mahfud digitukan. Ketua MK waktu itu. Tidak fair juga dong," ujar Luhut mengenang kejadian tersebut.
Luhut juga menghubungi Kapolda DIY untuk menyampaikan bahwa perlakuan terhadap Mahfud tidak pantas dan meminta institusi Polri untuk memperbaiki situasi.
Selama dua hari, Mahfud tetap mendapatkan pengawalan dari prajurit Kopassus utusan Luhut.
Bahkan, ketika Mahfud makan bersama istrinya, prajurit tersebut tetap memantau demi keamanan.
Masalah ini akhirnya selesai setelah Polri meminta maaf kepada Mahfud.
Polri juga bersedia memberikan pengawalan terbaik untuk Mahfud.
Kejadian ini menjadi salah satu momen yang menunjukkan solidaritas Luhut kepada Mahfud di tengah situasi sulit.
Persahabatan mereka terus terjalin hingga kini, meskipun sering berada di posisi politik yang berbeda.(*)