Publik diminta tidak percaya seratus persen terkait melonjaknya perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berdasarkan Sirekap KPU.
Analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Dedi Kurnia Syah, menuturkan, perhitungan suara lewat Sirekap kerap terjadi kesalahan, sehingga tingginya suara PSI dapat dipastikan karena sistem error.
"Jika membaca durasi penambahan yang drastis, memang patut dicurigai, karena sistem penghitungan KPU mengalami masalah sejak awal," kata Dedi Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, di Jakarta, Minggu (3/3)
Publik, kata dia, seharusnya tidak memiliki kewajiban untuk percaya, karena hasil yang diterima PSI juga potensial karena faktor kesalahan. "Atau bahkan pelanggaran, semisal penambahan secara tidak normal," tandasnya.
Menurutnya, banyak materi quick count tidak akurat dalam melakukan perhitungan suara. Sebab itu, melihat tingginya suara PSI, publik tidak perlu berlebihan mempercayainya.
"Dalam situasi seperti ini, penggelembungan itu memungkinkan, mengingat dari semua materi quick count yang dilaksanakan banyak lembaga survei, terbukti selalu akurat, bahkan sejak Pemilu 2004. Tapi kini tidak akurat hanya pada PSI, tentu menggelikan," sergahnya.
Penggelembungan suara, kata Dedi, jika memang dilakukan, tidak harus dari suara Parpol lain, tetapi cukup dari kertas suara yang tidak terpakai.
"Dan penggelembungan suara antar Parpol, bukan antar Caleg, ini hanya bisa dilakukan oleh pihak yang benar-benar berkuasa dan bisa mengendalikan," tutupnya.