PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menggelar acara BRI Microfinance Outlook 2024 pada hari ini, Kamis (7/3/2024). Acara tahunan ini mengusung tema 'Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth'.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan hadir, bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Turut hadir Deputi Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyastuti, Direktur Utama BRI Sunarso dan Direktur Bisnis Mikro BRI Supari.
Acara tersebut juga akan menghadirkan pakar ekonomi dunia, yakni Managing Director of The KIT Knowledge Unit Mayada El-Zoghibi, ADB Country Director for Indonesia Jiro Tominaga, serta Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz.
Acara digelar pada pukul 09.00 WIB di Menara BRILiaN, Jakarta Selatan. Bagi yang tidak bisa hadir ke lokasi, bisa menyaksikan di CNBC Indonesia TV, cnbcindonesia.com, dan Youtube Bank BRI.
Pentingnya agenda ini dikarenakan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mendorong ekonomi nasional sangat besar. Tidak heran, jika pemerintah selama ini terus berupaya menjaga sektor UMKM di dalam negeri agar bisa berkembang lewat berbagai kebijakan. Mulai dari program digitalisasi hingga mempermudah akses pembiayaan.
Apalagi Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa kontribusi UMKM mencapai hingga 61% terhadap PDB dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 90%. Oleh karena itu, UMKM pun akan terus didukung untuk meningkatkan usahanya dari dua sisi yakni, permintaan dan penawaran.
Selain itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga terus didorong agar UMKM yang sudah ada makin kuat dan mampu menciptakan peluang pasar yang semakin besar.
Apalagi, berdasarkan riset berjudul Studi Pasar dan Advokasi Kebijakan UMKM Indonesia, yang dilakukan oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bekerja sama dengan EY Parthenon Indonesia diproyeksikan total kebutuhan pembiayaan UMKM pada 2026 akan mencapai Rp 4.300 triliun dengan kemampuan supply hanya Rp 1.900 triliun. Artinya terdapat selisih atau gap sebesar Rp 2.400 triliun dari total kebutuhan pembiayaan.
Pembiayaan bagi UMKM menjadi salah satu faktor penting yang dapat menjadi akselerator perkembangan UMKM dalam mendorong ekonomi ke depan. Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai bentuk pembiayaan, mulai dari ultra mikro sampai level usaha menengah.