Meski sudah minta maaf anggota DPD RI, Arya Wedakarna atau AWK ngotot tak sebut agama maupun kepercayaan apapun dalam video viralnya.
Sebelumnya, Arya Wedakarna dituding rasis gara-gara pernyataanya soal wanita berhijab yang viral di media sosial.
Arya Wedakarna dikecam warganet lantaran pernyataannya sikap rasisnya tersebut.
“Ganti itu, saya nggak mau yang front line, front line itu, saya maunya yang kayak kamu gadis bali yang rambutnya kelihatan, terbuka,” ungkap Arya Wedakarna dalam sebuah potongan video yang tersebar di media sosial X.
AWK juga sempat menyebutkan bahwa hijab atau jilbab merupakan penutup yang tidak jelas.
Anggota DPD RI, Arya Wedakarna. (IST)
“Jangan kasih (di front line) yang (menggunakan) penutup, penutup nggak jelas, this is not Middle East. Enak aja di Bali, pakai bunga kek, pakai apa kek,” ujarnya.
Unggahan tersebut sontak diserbu komentar warganet dengan menyebut bahwa pernyataan Arya sangat rasis dan kontroversial.
“Senator satu ini emang rasis, supremacist far-right parah. Narasinya selalu anti-pendatang, islamofobik, etnofasis, warlok (warga lokal) juga sebenarnya banyak yang nggak suka sama beliau,” ujar seorang warganet.
“Hatenya berasa banget kalau danger dia ngomong,” ungkap warganet.
“Cewek berjilbab mana yang menolakmu bang sampai segitu bencinya sama jilbab,” kata warganet lainnya.
“Btw warga Bali banyak banget yang benci sama ini orang. Termasuk aing yang warga asli Bali,” tulis warganet lain.
“Yang muda-muda udah pada males milih orang ini karena di Bali juga bikin rusuh doang isinya. Raja Halu,” komentar warganet.
“Statement nya problematik, tone hate nya berasa bener,” sindir warganet lain.
“Pakaian jilbab itu syariat agama hey botol! Bukan budaya timur tengah. Ya sama kayak agama-agama lain yang mewajibkan untuk memakai pakaian tertentu saat ‘beribadah/menunaikan ajaran agamanya,” ujar seorang warganet.
Meski sudah minta maaf, Arya Wedakarna masih ngotot jika dirinya tak menyebut agama maupun kepercayaan apa pun dalam video viral tersebut.
Arya Wedakarna Minta Maaf
Klarifikasi Arya sampaikan dalam rapat Komite I DPD RI utusan Provinsi Bali bersama jajaran Bandara Ngurah Rai, Bea-Cukai, dan juga instansi terkait di kantor Bandara Ngurah Rai pada tanggal 29 Desember 2023 lalu.
"Maka dari itu, saya ingin menyampaikan bahwa terkait dengan video viral yang beredar di masyarakat, bahwa video yang beredar adalah video yang telah dipotong oleh sejumlah media, maupun oleh orang yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
"Kedua, kami sampaikan bahwa saat itu kami memberikan arahan kepada petugas Bea Cukai yang hadir dan juga pimpinan Bea Cukai untuk, yang pertama, jika memungkinkan untuk bisa diprioritaskan putra-putri terbaik dari Bali untuk menjadi staf di bagian terdepan atau frontliner yang menyambut para tamu setelah mendarat pesawat di airport Ngurah Rai. Saya kira hal ini yang sangat wajar siapa pun dan di mana pun tetap semangat putra daerah menjadi cita-cita dari semua wakil rakyat," ujarnya.
Pihaknya juga menerangkan, bahwa perlunya frontliner yang mengedepankan ciri-ciri kebudayaan Bali, salah satunya dengan memakai beras suci saat bertugas.
Hal itu telah diatur dalam Perda Bali bahwa seluruh komponen wisata di Bali adalah pariwisata yang dijiwai agama Hindu.
"Yang nomor dua, memberikan arahan, termasuk pada saat itu kami meminta kepada seorang karyawan atau karyawati yang kebetulan bersuku Bali hadir untuk dapat lebih mengedepankan ciri-ciri kebudayaan Bali di dalam proses menyambut selamat datang atau kritik atau pemeriksaan Bea-Cukai. Misalkan, kami menyarankan untuk dapat menggunakan bije atau beras suci yang biasanya didapat setelah bersembahyang," katanya.
"Maka dari itu, kami tidak ada menyebutkan nama agama apa pun, nama suku apa pun, dan juga kepercayaan apa pun. Bahwa hal tersebut sudah selaras dengan peraturan Perda Bali No 2 Tahun 2012 yakni tentang Pariwisata Bali yang berlandaskan kebudayaan yang dijiwai oleh agama Hindu," lanjut Arya Wedakarna.
Ia juga menyampaikan, bahwa Provinsi Bali sejak 2012 telah memiliki peraturan bahwa siapapun komponen pariwisata yang ada di Bali, termasuk airport dan pelayanan publik harus mengikuti aturan peraturan daerah yang di mana tegas bahwa pariwisata Bali adalah pariwisata yang di jiwai oleh budaya agama Hindu.
"Maka dari itu saya ingin meluruskan, dan juga memberikan wawasan kepada siapapun yang ingin bekerja di Bali, khususnya dari instansi negara untuk dapat menunjukkan sikap ramah, sikap melayani dan mengayomi, terkait kedatangan tamu-tamu yang datang ke Pulau Bali," ujarnya.
"Maka dari itu saya menyampaikan klarifikasi, dan juga seandainya jika ada pihak-pihak, komponen bangsa Indonesia yang merasa tersinggung dan merasa keberatan dengan apa yang kami sampaikan, dari lubuk hati yang paling dalam saya selaku wakil rakyat Bali di DPD RI memohon maaf dengan tulus," ujarnya.