Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gibran Edgy Bikin Cak Imin dan Mahfud Mati Kutu

 

Debat cawapres yang berlangsung tadi malam di di Jakarta Convention Center, Jumat (22/12), telah menampilkan gagasan mutakhir mengikuti perkembangan zaman dari Cawapres Nomor Urut 2, Gibran Rakabuming Raka.

Pengamat Politik dari FHISIP Universitas Terbuka, Insan Praditya Anugrah menganalisa bahwa Gibran memiliki narasi paling "edgy" dan terlihat paling melek dengan tantangan digitalisasi dan AI yang masif di dunia global, dibandingkan dua cawapres pesaingnya.

Menurut Insan, berbeda dengan Gibran, dua cawapres pesaingnya yakni Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar lebih fokus ke hal-hal yang bersifat pembenahan implementasi kebijakan, namun kurang gagasan yang mutakhir dalam melihat perkembangan global kekinian.

"Dari narasi, kita dapat melihat gagasan Gibran soal upaya keluar dari middle income trap, membangun potensi industri digital dengan menyiapkan SDM yang paham blockchain, cryptocurrency, artificial intelligence hingga robotics,” kata Insan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (23/12).

Lanjut dia, ide-ide Gibran lainnya seperti mengubah Jawa-sentrisme menjadi Indonesia-sentrisme dengan diversifikasi permodalan yang tidak terkonsentrasi pada APBN, hingga ambisi hilirisasi banyak potensi yakni nikel, timah,bauksit, biodiesel dan bioethanol yang dapat menjadikan Indonesia raja energi terbarukan dunia.

“Pemikiran-pemikiran Gibran ini bisa kita katakan sangat edgy dalam merespons isu kekinian yang berkembang global. Kata edgy dapat dilihat dalam Collins dictionary merujuk kepada sifat kemutakhiran, inovatif dan terdepan. Artinya Gibran memiliki gagasan yang out of the box, tidak standar dan berorientasi pada kemajuan dan perkembangan terkini," jelasnya.

Sementara itu, Cawapres Mahfud MD dalam gagasannya menyatakan bahwa dia akan mewujudkan pemerataan kemakmuran. Mahfud dengan berani menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen, yang dapat diwujudkan bila inefisiensi administrasi dan korupsi dapat dituntaskan.

Namun, sambung Insan, tidak ada gagasan baru soal bagaimana menghadapi perkembangan dunia global dengan tantangan-tantangan digital dan perkembangan AI baru saat ini. Mahfud juga tidak update memakai data terbaru ketika berdiskusi soal investasi IKN.

"Mahfud MD merupakan seorang profesor yang telah memegang banyak jabatan di tingkat nasional, namun ia terkesan memandang negatif perubahan zaman. Mahfud lebih melihat digitalisasi dan perkembangan AI dunia sebagai hal negatif dan disruptif ketimbang melihat peluangnya,” ungkapnya.

“Mahfud juga terlihat kerap memakai data lama untuk berargumen, seperti pada serangannya kepada Gibran bahwa belum ada investasi masuk ke IKN dan pembiayaannya masih sepenuhnya memakai APBN. Hal ini benar apabila debat dilaksanakan pertengahan tahun lalu, namun Otorita IKN sendiri menyatakan bahwa investasi yang telah masuk berjumlah Rp41.4 triliun,” jelasnya lagi.

Masih kata Insan, adapun langkah yang ditempuh untuk menghapuskan ketimpangan oleh Mahfud adalah narasi yang umumnya dipakai penantang di tiap debat pilpres dari tahun ke tahun yakni inefisiensi administrasi dan korupsi di berbagai lini.

“Untuk mengemas gagasannya menjadi lebih simpatik, Mahfud memakai ayat suci Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 7 tentang keadilan sosial. Yang menarik, dengan gagasan ini Mahfud menjanjikan pertumbuhan ekonomi 7 persen," ungkapnya lagi.

Lanjutnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terlihat juga mirip dengan Mahfud MD, gagasannya lebih bermain di narasi aman yakni membenahi inefisiensi kebijakan dan praktek-praktek kecurangan dan ketidakadilan dengan program reformasi ekonomi yang dia sebut "slepetnomics".

Namun, menurut dia, kebijakan ini sama seperti Mahfud MD, bersifat penting namun tidak ada ide baru soal bagaimana menghadapi tantangan dunia global yang disertai digitalisasi dan perkembangan AI yang masif.

"Cak Imin menawarkan ide "Slepetnomics" yang seolah menjadi kebijakan yang reformis, tapi sebenernya cenderung main aman dan populis. Program Cak Imin lebih ke penyempurnaan dan pembenahan di ranah penerapan dari kebijakan kebijakan yang sudah ada seperti Bansos plus, lalu program pemerataan pembangunan yang tidak Jawa-sentris,” beber Insan.

“Cak Imin mengungkapkan bahwa inefisiensi kebijakan dan kecurangan praktek di lapangan sebagai hal utama yang harus dibenahi. Gagasan yang cukup penting untuk dilaksanakan adalah narasi populis mengatasi ketimpangan ekonomi, pengangguran serta menaikkan pajak kelas atas dan menurunkan pajak kaum menengah ke bawah, narasi yang umum dipakai penantang dalam debat pilpres dari tahun ke tahun, tidak ada visi baru menghadapi perubahan global yang disertai digitalisasi dan perkembangan AI yang masif ," pungkasnya.

Sumber Berita / Artikel Asli : rmol

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - GentaPos.com | All Right Reserved