Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Siaga 1! The Fed Umumkan Suku Bunga, Inflasi RI Diramal Ganas

 Infografis: Testimoni bos the fed lambungkan bursa wall street

Kinerja pasar keuangan Indonesia akhirnya kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat. Surat Berharga Negara (SBN) mulai dicari investor kembali sehingga imbal hasil turun.

Pasar keuangan Indonesia pada hari ini diharapkan kompak menguat. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini

Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (31/10/2023), IHSG ditutup menguat 0,24% ke posisi 6.752,21. Sebanyak 252 saham menguat, 291 saham melemah sementara 210 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp 11,7 triliun dan melibatkan 28,2 miliar saham.

Kendati demikian, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,36 triliun atau lebih besar dibandingkan perdagangan Senin yang tercatat Rp 370,91 miliar.

Empat sektor yang menguat kemarin adalah transportasi, energi, infrastruktur, barang baku, industri, non-siklikal, keuangan, properti, dan teknologi.

Sektor yang melemah adalah siklikal dan kesehatan. Saham emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi penopang terbesar IHSG kemarin yakni mencapai 8,4 indeks poin.

Tak hanya itu, tiga saham emiten konglomerat Prajogo Pangestu juga menjadi penopang IHSG, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar 7,7 indeks poin, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar 5,1 indeks poin, dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 2,8 indeks poin.

Sementara itu, saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga menjadi salah satu movers IHSG yakni sebesar 8,3 indeks poin.

IHSG berhasil bangkit di akhir perdagangan setelah sempat terkoreksi sepanjang perdagangan kemarin. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 6.600 pada sesi I Selasa kemarin.

Bursa Asia ditutup beragam kemarin dengan sejalan dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik menguat. Indeks Nikkei menguat 0,53% sementara indeks Straits Times Singapura menanjak 0,11% dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,12%.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup jeblok 1,69% dan indeks Shanghai Composite Index melemah 0,09% sementara indeks KOSPI ambruk 1,41%

Dari sisi nilai tukar, rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.880/US$ atau menguat 0,03%. Pada Senin sebelumnya, mata uang Garuda juga menanjak 0,31%.

Dari pasar SBN, imbal hasil mulai menurun yang menandai naiknya harga obligasi karena SBN sudah mulai dicari investor.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) turun tipis menjadi 7,07% pada perdagangan kemarin. Imbal hasil lebih rendah dari Senin yakni 7,12%.

Wall Street Kompak Menghijau

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street melanjutkan tren positif dengan kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia (1/11/2023).

Indeks Dow Jones ditutup menguat tipis 0,38% ke posisi 33.052,87. Indeks S&P melonjak 0,65% ke 4.193,8 sementara indeks Nasdaq juga menanjak 0,48% ke 12.851,24.

Pada perdagangan Senin atau hari sebelumnya, Indeks Dow Jones juga menguat 1,58%, indeks S&P terbang 1,2% sementara indeks Nasdaq melesat 1,16%.

Sektor keuangan dan keuangan menjadi biintang S&P 5000 dengan kenaikan lebih dari 1%. Namun, raksasa teknologi Alphabet, Meta, dan Nvidia anjlok lebih dari 1%.

Meski naik, bursa AS akan mengakhiri perdagangan di Oktober dengan pelemahan cukup tajam. Sejauh ini, indeks Dow Jones sudah jatuh 1% dan S&P ambruk 2% pada Oktober 2023.

Indeks Nasdaq juga ambruk 2% lebih sekaligus memperpanjang tren negatif menjadi tiga bulan beruntun. Pasar keuangan AS akan mengawali perdagangan November dengan menunggu hasil keputusan The Fed.

November secara tradisi menjadi bulan yang bersahabat bagi Wall Street dan pelaku pasar tren tersebut akan berlaku pada tahun ini.

"Bursa menutup perdagangan di zona positif karena pelaku pasar optimis The Fed akan menahan suku bunga dan tidak akan ada lagi kenaikan tahun ini," tutur Greg Bassuk, analis dari AXS, dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar juga masih menunggu laporan keuangan periode Juli-September 2023. Dari 279 perusahaan yang sudah melaporkan keuangan sebanyak 78% menunjukkan perbaikan kinerja di atas ekspektasi. Analis memperkirakan pendapatan perusahaan akan tumbuh 4,9% pada Juli-September 2023.

Sentimen Hari Ini, Inflasi, Perang Hingga Aktivitas Manufaktur, Kebijakan The Fed
Pasar keuangan Indonesia hari ini akan dihujani data dan agenda penting, baik dari dalam ataupun luar negeri.

Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari data inflasi Oktober serta PMI Manufaktur Oktober. Dari luar negeri, sentimen akan datang dari data aktivitas manufaktur sejumlah negara, data tenaga kerja AS, serta puncaknya pengumuman suku bunga The Fed.
Pergerakan Wall Street yang kompak menghijau diharapkan bisa menjadi sentimen bagi pasar keuangan Indonesia.

Inflasi Oktober

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2023 pada hari ini Rabu (1/11/2023) pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Oktober 2023 akan mencapai 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,65% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,00%.

Sebagai catatan, inflasi pada September 2023 tercatat 2,28% (yoy) dan 0,19% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 2,00% (yoy).

Dalam catatan BPS, inflasi secara bulanan memang biasanya meningkat mulai Oktober setelah melandai di September. Sepanjang periode 2018-2022 atau lima tahun terakhir, inflasi (mtm) Oktober mencapai 0,08%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan September yang lebih banyak mencatat deflasi. Inflasi Oktober tahun ini juga diprediksi akan kencang karena melonjaknya sejumlah harga bahan pangan serta BBM non-subsidi.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahan pokok yang mengalami lonjakan harga adalah beras, cabai rawit merah, dan gula pasir.

Rata-rata harga beras pada Oktober mencapai Rp 14.575 per kg, naik Rp 415 atau 3% dibandingkan September. Harga gula juga naik Rp 538 atau 3,5% pada Oktober menjadi Rp 16.143.

Rata-rata harga cabai rawit merah melonjak Rp 17.800 per kg atau 43% menjadi Rp59.234 per kg.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengungkapkan salah satu penyebab mahalnya harga cabai karena penurunan produksi, dampak adanya kemarau panjang atau El Nino.

PMI Manufaktur Indonesia, Jepang, hingga AS

S&P akan mengumumkan aktivitas manufaktur untuk sejumlah negara mulai dari Indonesia hingga Amerika Serikat


Sebagai catatan, untuk periode September 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,3. Indeks jauh lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat di 53,9. Indeks PMI pada September adalah yang terendah dalam empat bulan terakhir.

Meski melandai, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir. Jika PMI Indonesia kembali jeblok maka ini harus menjadi alarm karena bisa menjadi sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Australia, Jepang, China, AS, hingga negara-negara Eropa juga akan merilis data manufaktur pekan ini.Aktivitas manufaktur negara-negara tersebut menjadi penting karena merupakan negara tujuan ekspor Indonesia.

Mayoritas negara-negara tersebut mencatat perbaikan aktivitas manufaktur pada September lalu. Aktivitas manufaktur AS bahkan sudah mampu kembali ke zona ekspansif.

Biro statistic China (NBS) Selasa kemarin sudah mengumumkan data PMI Manufaktur China untuk Oktober 2023. PMI kembali ke zona kontraksi 49,5 pada Oktober dari fase ekspansif 50,2 pada September.

Hari ini, Caixin juga akan mengumumkan data aktivitas manufaktur China untuk Oktober.

Jika data NBS dan Caixin sama-sama menunjukkan aktivitas manufaktur China maka Indonesia mesti waspada mengingat China berkontribusi sekitar25% terhadap ekspor Indonesia. Perlambatan PMI bisa berdampak kepada permintaan China terhadap produk Indonesia, terutama bahan mentah.

Perang Israel vs Hamas Memanas

Perang Israel vs Hamas kembali memanas setelah pihak Israel dilaporkan membombardir Gaza. Israel melancarkan setidaknya enam kali serangan udara yang menghantam kamp pengungs Jabalia yang menewaskan 50 orang dan melukai 150 orang lainnya.
Dikutip dari The Guardian, Israel menggencarkan serangan dengan menargetkan salah satu pemimpin Hamas yakni Ibrahum Biari.

Israel juga mengatakan pasukan mereka sudah menyerang militant Hamas di dalam jaringan terowongan di bawah wilayah Gaza. Terowongan tersebut memang menjadi target utama Israel setelah mereka memutuskan untuk memeprluas operasi darat di Gaza.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas "tidak akan terjadi". Artinya, negara tersebut akan mengabaikan resolusi Majelis Umum PBB yang bertujuan memenuhi "kebutuhan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya".

Dalam penjelasannya kepada pers, sebagaimana dilansirAFP,Netanyahu mengatakan gencatan senjata berarti menyerah kepada Hamas. Sebelumnya, serangan itu menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 230 orang, menurut angka terbaru Israel.

Ekonomi Eropa Lesu

Ekonomi kawasan Eropa terkontraksi 0,1% (kuartal to kuartaol/qtq) pada Juli-September 2023. Laju ekonomi lebih buruk dari periode April-Juni (0,25) serta proyeksi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 0,2%. Jerman mencatatkan kontraksi sebesar 0,1% sementara Prancis hanya tumbuh 0,1% dan Spanyol sekitar 0,3%.

Perlambatan ekonomi Eropa bisa berlanjut ke depan dengan melihat data inflasi terbaru.

Kawasan Eropa mencatatkan inflasi sebesar 2,9% (yoy) pada Oktober 2023, terendah sejak Juli 2023. Inflasi turun lebih tajam dibandingkan proyeksi pasar yakni 3,1% tetapi masih jauh di atas target bank sentral Eropa yakni 2%.

 

The Fed Umumkan Kebijakan Suku Bunga

Penantian investor dan pelaku pasar mengenai kebijakan The Fed akan terjawab Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pengumuman The Fed sangat ditunggu dunia karena besarnya pengaruh kebijakan tersebut kepada pergerakan pasar saham, obligasi, dan mata uang dunia.

Pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.

Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes September juga menunjukkan sebagian pejabat The Fed masih melihat perlunya kenaikan suku bunga terbatas karena inflasi belum ada di kisaran target mereka yakni 2%.


Risalah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tajam antara pejabat The Fed mengenai tambahan kenaikan suku bunga.

Mayoritas partisipan melihat satu lagi kenaikan di masa depan akan menjadi keputusan yang tepat tetapi sebagian lagi melihat tidak perlu ada kenaikan. Pasar kini melihat jika The Fed telah beralih fokus bukan lagi pada berapa kenaikan tetapi seberapa lama suku bunga tinggi akan dipertahankan.

 

Dot plot risalah rapat menunjukkan dua pertiga anggota mengindikasikan adanya satu lagi kenaikan di akhir tahun jika dibutuhkan.

Mayoritas pengambil kebijakan The Fed menilai bahwa satu kali kenaikan lagi pada suku bunga The Fed pada pertemuan mendatang mungkin merupakan kebijakan yang tepat. Sementara, beberapa pihak menilai bahwa tidak diperlukan kenaikan lebih lanjut, berdasarkan risalah pertemuan FOMC pada September 2023.

Namun, semua pihak sepakat bahwa kebijakan harus tetap bersifat restriktif untuk beberapa waktu hingga inflasi turun secara berkelanjutan menjadi 2%.

Selain itu, para peserta juga berharap bahwa data yang diperoleh dalam beberapa bulan mendatang akan membantu memperjelas sejauh mana proses disinflasi terus berlanjut dan pasar tenaga kerja mencapai keseimbangan yang lebih baik.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 97,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 98,4%.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai. Kondisi inilah yang membuat pasar berekspektasi jika The Fed masih akan galak ke depan.

Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun. Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50 pada Oktober 2023, dari 49,8 pada September.

S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September. Inflasi AS masih stagnan di angka 3,7% (yoy) pada September 2023, jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

Data tenaga kerja AS


AS hari ini akan mengumumkan penciptaan lapangan kerja atau JOLTs Job Opening AS untuk September 2023. Sebagai catatan, jumlah lapangan kerja baru ada Agustus tercatat 9,61 juta atau naik 690.000.

Data tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan penting bagi The Fed sebelum menentukan kebijakan.


Bila data tenaga kerja masih panas maka itu bisa menjadi cerminan masih panasnya inflasi AS ke depan. The Fed pun bisa terus mempertahankan kebijakan hawkishnya.

Data dan Agenda Ekonomi Hari Ini:
Agenda ekonomi

* Australia mengumumkan PMI final Oktober (05:00 WIB)
* Korea mengumumkan neraca perdagangan Oktober (07:00 WIB)
* S&P Global mengumumkan PMI Manufaktur Oktober (07: 30 WIB)
* Jepang dan Korea Selatan mengumumkan PMI Manufaktur Oktober (08:45 WIB)
* Caxiin mengumumkan PMI Manufaktur Oktober (08:45 WIB)

* Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi Oktober (11:00 WIB)
* AS akan mengumumkan data JOLTs Job Openings September (21:00 WIB)
* AS akan mengumumkan PMI Manudaktur dan Jasa (21:00 WIB)
* The Fed akan mengumumkan suku bunga (Kamis 01:00 WIB)

Agenda korporasi:

* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR)
* Pemberitahuan RUPS Rencana Bintang Mitra Semestaraya Tbk (BMSR)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
* Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)
* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Golden Flower Tbk (POLU)
* Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Sumber Berita / Artikel Asli : cnbc

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - GentaPos.com | All Right Reserved