Calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Golkar, Hamka B Kady menegaskan sudah siap untuk menang lagi. Dia cukup realistis dalam berebut suara.
Hitung-hitungan yang dilakukan cukup meyakinkan. Semua infrastruktur yang dia butuhkan juga sudah lengkap, bahkan sudah bekerja sampai di akar rumput. Kata dia, semua berjalan dengan terukur.
”Saya kan petahana dua kali, maka saya tidak perlu berjanji, karena sudah bekerja. Hasil kerja saya kan sudah ada, tinggal melanjutkan saja. Tetapi tidak boleh jemawa, harus tetap bekerja keras,” kata Hamka di Makassar, Jumat (3/11/2023).
Lebih lanjut anggota Komisi V DPR RI itu menegaskan, persaingan menuju Senayan kali ini sedikit lebih sulit. Sebab, jumlah pemilih tidak bertambah signifikan, tetapi kontestan yang ambil bagian naik drastis.
”Dulu kan cuma 12 partai, sekarang 17 kalau bukan 18. Itu saja dikali delapan kursi di dapil saya, kan naiknya tinggi. Makanya kita perlu bekerja keras dan kerja cerdas, supaya target yang kita pasang ini tercapai,” jelasnya.
Berdasarkan catatan perolehan suaranya pada Pileg sebelumnya, Kota Makassar menyumbang suara tertinggi dengan 30 ribu. Sementara Gowa dan Jeneponto masing-masing 15 ribu. Selanjutnya, Takalar itu enam ribu, Bantaeng dan Selayar sama-sama lima ribu.
Capaian inilah yang akan coba dia pertahankan pada Pileg mendatang.
”Sekarang kan berdasarkan survei saya masih teratas. Itu menjadi acuan dalam bekerja, meskipun penentunya nanti ya di penghitungan suara. Tugas saya kerja saja, selebihnya tergantung kehendak tuhan,” kata dia.
Pakar politik Universitas Hasanuddin, Prof Sukri Tamma mengatakan, dalam kontestasi Pileg, petahana memang cukup diunggulkan. Sebab dia punya akses dan infrastruktur yang lebih mumpuni dibanding pendatang baru.
Terlebih lagi, petahana biasanya sudah memiliki basis tetap dan loyalis kuat. Sehingga, akan lebih mudah menggalang suara dibanding kandidat yang masih berupaya memperkenalkan diri kepada masyarakat.
”Petahana kan sudah punya hasil yang bisa dijual, bukan janji lagi. Kemudian, mereka punya infrastruktur lebih baik dan akses yang lebih mudah dibanding orang-orang baru yang masih menebar janji,” terangnya.
Namun begitu, kondisi politik sangat dinamis. Sama halnya dengan kontestasi Pileg, basis pemilih bisa saja berubah pilihan dengan dinamis. Sehingga, peluang besar untuk menang juga cukup ditentukan dengan hasil kerja keras.
”Tetapi pendatang baru itu biasanya lebih bersemangat. Motivasi mereka adalah menggerus suara petahana dengan berbagai cara. Ini tentu memberi ancaman juga, karena mempertahankan massa itu sulit, selalu butuh strategi baru,” kata dia.