Kelompok Houthi dari Yaman dilaporkan telah bergabung dalam perang Israel-Hamas yang berkecamuk lebih dari 1.000 mil dari pusat kekuasaan mereka di ibu kota Yaman, Sanaa.
Kelompok tersebut bahkan menyatakan telah menembakkan drone dan rudal ke Israel sejak 31 Oktober, yang menambah kekhawatiran regional Timur Tengah bahwa konflik Israel di Gaza melebar.
Namun siapa kelompok Houthi sebenarnya? Berikut sejarah dan faktanya dikutip dari Reuters pada Kamis (2/11/2023).
Sejarah Houthi
Pada akhir tahun 1990-an, keluarga Houthi di ujung utara Yaman mendirikan gerakan kebangkitan agama untuk sekte Islam Syiah Zaydi. Sekte ini pernah memerintah Yaman tetapi wilayah utaranya menjadi miskin dan terpinggirkan.
Ketika perselisihan dengan pemerintah semakin meningkat, mereka melancarkan serangkaian perang gerilya. Bukan hanya tentara nasional, mereka juga berkonflik di perbatasan dengan kelompok besar Sunni, Arab Saudi.
Perang di Yaman
Perang dimulai pada akhir tahun 2014 ketika Sanaa direbut oleh Houthi. Khawatir dengan semakin besarnya pengaruh Syiah Iran di sepanjang perbatasannya, Arab Saudi melakukan intervensi sebagai pemimpin koalisi yang didukung Barat pada Maret 2015 untuk mendukung pemerintah yang didukung Saudi.
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya. Sementara pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.
Yaman telah menikmati lebih dari satu tahun keadaan yang relatif tenang di tengah upaya perdamaian yang dipimpin PBB. Arab Saudi sendiri telah mengadakan pembicaraan dengan Houthi dalam upaya untuk keluar dari perang.
Serangan Houthi Terhadap Israel
Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa kelompok tersebut telah meluncurkan "sejumlah besar" rudal balistik dan drone ke arah Israel. Ia menyebut akan ada lebih banyak serangan serupa yang akan terjadi "untuk membantu Palestina meraih kemenangan".
Sejauh ini, sudah ada lima serangan Houthi terhadap Israel sejak awal konflik. Houthi kemungkinan juga berada di balik serangan pesawat tak berawak pada 28 Oktober, yang mengakibatkan ledakan di Mesir dan Israel menyalahkan Houthi.
Tujuan Menyerang Israel
Houthi telah mendukung Palestina sejak Hamas menyerang Israel. Saree menyalahkan Israel atas ketidakstabilan di Timur Tengah, dan mengatakan bahwa "lingkaran konflik" di wilayah tersebut diperluas karena "kejahatan yang terus berlanjut".
Kelompok Houthi mengaku akan terus melancarkan serangan "sampai agresi Israel berhenti". Slogan Houthi adalah "Matilah Amerika, Matilah Israel, kutuk Yahudi dan kemenangan bagi Islam".
Hubungan dengan Iran
Houthi telah menunjukkan kemampuan rudal dan drone mereka selama perang Yaman dalam serangan terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Bahkan menargetkan instalasi minyak dan infrastruktur penting.
Koalisi pimpinan Arab Saudi menuduh Iran mempersenjatai, melatih, dan mendanai kelompok Houthi. Kelompok ini menyangkal menjadi wakil Iran dan mengatakan mereka mengembangkan senjatanya sendiri.