Bermula dari tiga teman sekelas mendirikan bisnis dengan bermodalkan NT$1.500 atau sekitar US$50 pada tahun 1949, "raja plastik" Lin Shu-hong kini berhasil menjadi salah satu konglomerat sukses. Ia masuk daftar orang terkaya dari industri petrokimia.
Per Rabu (1/11/2023), Forbes mencatat total kekayaan Lin mencapai US$6,4 miliar atau setara Rp102 triliun. Dengan jumlah harta tersebut menempatkan Lin pada peringkat ke-394 orang terkaya di dunia dan ke-3 di Taiwan.
Setelah wamil, Lin, bersama dengan Liao Ming-Kun dan Tseng Shin-Yi, mendirikan pabrik plastik "Chang Chun". Nama "Chang Chun" dalam bahasa China berarti "musim semi yang panjang" dan mencerminkan keinginan di antara ketiganya agar ikatan mereka dapat bertahan lama.
Ketiganya merintis usaha dengan modal kecil hasil menjual sepeda, yakni senilai NT$1.500 atau sekitar US$50. Saat itu, masing-masing ketiga teman ini menyetorkan NT$500 sebagai modal awal.
Ketiganya mendirikan perusahaan berdasarkan penelitian dan pengembangan. Selama enam dekade, ketiganya bekerja bersama-sama membesarkan Chang Chun Group.
Seiring berjalannya waktu, Chang Chun juga memanfaatkan penelitian dan pengembangan untuk menetapkan status internasional produk petrokimianya.
Setelah 15 tahun berdiri, manajemen perusahaan memutuskan melakukan ekspansi ke industri petrokimia dengan mendirikan Chang Chun Petrochemical pada 1964. Perusahaan kemudian mendirikan Dairen Chemical Corporation sebagai lini bisnis kimia lainnya pada 1979.
Salah satu kunci dari kesuksesan Chang Chun Group adalah mengedepankan divisi riset dan pengembangan (R&D). Setiap tahunnya, perusahaan ini dilaporkan mengirimkan puluhan tim riset untuk menghadiri pameran industri kimia tahunan di Tokyo, Jepang.
Saking besarnya peran Lin dalam mendorong R&D perusahaan, majalah Commonwealth Magazine (CW) bahkan sempat menjulukinya sebagai "Thomas Alva Edison" industri petrokimia pada 1990 lalu.
Saat ini, perusahaan Chang Chun memiliki 35 anak perusahaan yang tersebar di Asia, Eropa, dan AS. Tahun 2022 lalu, total pendapatan Chang Chun Group dilaporkan mencapai NT$181 miliar.
Lin memimpin Chang Chun Group hingga 2013. Setelah Liao dan Tseng meninggal pada 1999 dan 2016, Lin menjadi satu-satunya pendiri Chang Chun Group yang masih hidup. Keturunan dari ketiga keluarga pendiri masih terlibat di bisnis tersebut.