Bagi sebagian orang menjadi atlet adalah profesi impian. Apabila berprestasi, maka kehormatan dan kekayaan bakal datang dalam sekejap. Semakin tinggi level kompetisi, semakin besar juga cuan yang didapat hingga miliaran rupiah untuk satu orang.
Meski begitu, semua ini bersifat fana karena hanya terjadi di masa produktif atlet tersebut. Apabila usia sudah semakin menua dan tidak produktif, maka berakhir sudah era kejayaan yang mendatangkan uang dalam sekejap. Setelahnya atlet terpaksa pensiun dan menjalani kehidupan baru yang tak jarang cukup menyedihkan.
Boris Becker memulai hidup sebagai petenis di usia belasan tahun. Dia terbilang atlet muda cukup berprestasi di masanya. Bahkan, di Juli 1985 atau saat berusia 17 tahun, dia sudah bisa bertanding di ajang perhelatan tenis terbesar dan bergengsi di dunia, yakni Kejuaraan Wimbledon.
Di Wimbledon itulah tak diduga Becker bisa mengalahkan para senior hingga sukses meraih gelar juara. Bayangkan, di usia masih sangat muda, Becker sudah bisa menginjakkan kaki di podium pertama Wimbledon. Berkat perolehan itu, dia mencetak rekor sebagai petenis termuda yang bisa ikut kompetisi dan memenangkan juara sepanjang 100 tahun Wimbledon berdiri. Hingga sekarang, rekor itu belum terpecahkan.
Setelahnya, hidup Becker selalu dihiasi kegemilangan. Sebagaimana dituliskan BBC, sepanjang masa produktifnya, dia mengoleksi seluruh piala bergengsi kejuaraan tenis dunia. Dia sempat menjuarai US Open, dua kali Australian Open, tiga kali juara Wimbledon, 13 kali mengangkat piala Master Serius, dan sukses meraih medali emas Olimpiade 1992. Dari gelar juara itu tentu bukan hanya kehormatan dan puja-puji yang didapat, tetapi juga soal uang.
Dalam paparan Fox Sport, Becker selama berkarier sukses mendapat uang US$ 50 juta, setara US$ 120 juta atau Rp 1,8 triliun di masa kini. Jumlah itu sukses menempatkan Becker sebagai salah satu petenis tersukses dan terkaya di masanya.
Namun, kehidupan atlet seperti pohon pisang yang hanya tumbuh dalam sekali sepanjang hidup. Saat masa kejayaan dia bisa bebas melakukan apa saja dengan hartanya, tetapi setelah pensiun kehidupannya berubah.
Becker pensiun di tahun 1999 tepat pada usia 32 tahun. Melihat dia memiliki harta Rp 1,8 triliun sudah pasti banyak orang mengira kehidupannya bakal bahagia. Uang triliunan mungkin bisa digunakan hingga akhir hayat. Meski begitu, akibat manajemen finansial yang buruk, Becker tidak bisa merasakan kekayaannya begitu lama.
Berkat gaya hidup ugal-ugalan, uang Becker lenyap begitu saja. Dalam laporan New York Times, selepas pensiun dia kerap bermain wanita, selingkuh, berbagai skandal, dan terjelit utang. Salah satu skandal terbesarnya adalah saat menggelapkan pajak.
Pada 2002, pengadilan Munich sempat mendenda Becker € 300.000 dan hukuman penjara dua tahun usai terbukti menggelapkan pajak sebesar € 1,7 juta. Inilah hukuman penjara pertama Becker.
Namun, itu semua mencapai puncaknya pada 2017. Ketika itu pengadilan Inggris resmi menyatakan Becker bangkrut usai tertindih gunungan utang. Properti yang dimilikinya tidak bisa menutupi seluruh utangnya senilai €36,5 juta atau Rp 603 miliar. Sesuai aturan, dia harus dipenjara selama 30 bulan.
Setelah keluar dari balik jeruji besi pada Desember 2022, CNN International menulis bahwa dia sudah tobat dan mulai menjalani hidup baru. Diketahui, kini dia sudah bekerja sebagai komentator pertandingan tenis di salah satu stasiun TV.