BAKAL calon presiden Ganjar Pranowo tampil di program Lapor Pak yang tayang di Trans7 pada Selasa malam (24/10). Dalam program ini, komika Kiky Saputri beraksi untuk me-roasting mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Namun Kiky mengaku kecewa gara-gara roasting-annya ke Ganjar banyak yang dipotong oleh protokoler capres dari PDI Perjuangan ini.
Apa pasal, Kiky Saputri sedemikian kesalnya? Bagi seorang komika, roasting itu tidaklah sebatas humor yang asal. Seorang komika harus melakukan riset dan observasi dengan tujuan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya terhadap subjek yang akan di-roasting.
Sehingga pada saat me-roasting, tidak bertendensi melecehkan tapi merupakan humor yang kritis. Jadi roasting itu basisnya ilmiah.
Sayangnya Ganjar Pranowo bukan tokoh yang update terhadap humor yang disajikan lewat stand up comedy.
Ganjar yang mengklaim dirinya sangat memahami milenial ternyata pemahamannya tentang humor masih sangat rendah.
Sehingga masih menjaga image dirinya dengan meng-cut punch line roasting-an yang dibawakan Kiky Saputri.
Sepanjang sejarah Kiky me-roasting tokoh, mungkin baru kali ini tokohnya baperan dan menganggap konten roastingan bisa menurunkan citra si tokoh.
Disini kita bisa melihat sosok Ganjar yang dianggap demokratis ternyata represif terhadap kebebasan berbicara.
Berbeda dengan Anies Baswedan yang pernah di-roasting Kiky Saputri di acara yang sama. Semua punch line yang dilepaskan Kiky ke Anies justru direspons oleh Anies dengan tawa lepas dan terbahak-bahak.
Anies begitu memahami bahwa salah satu skill yang harus dimiliki oleh komika adalah roasting. Tentu Anies sebelum tampil melakukan riset dan observasi juga untuk memahami apa itu roasting.
Sehingga pada saat tampil Anies bisa demikian menikmati roastingan Kiky Saputri.
Bahkan Kiky menceritakan ketika protokoler Anies meminta TV untuk memotong beberapa bagian roastingan, Anies justru melarang dan memperbolehkan semua konten roastingan terhadap dirinya tayang semuanya.
Buat Anies, sebuah kritik yang disampaikan dengan cara apapun adalah bagian dari demokrasi, dan demokrasi haruslah melindungi kebebasan berbicara dan berpendapat.
Dari kejadian ini kita bisa melihat siapa tokoh yang mempraktikkan demokrasi secara langsung dalam interaksi sosial. Ini bukan pencitraan, tapi ini watak seseorang yang demokratis.
Bisa dibayangkan jika kelak Ganjar menjadi presiden dan sikapnya dalam menghadapi kritik seperti yang ditunjukan pada roastingan Kiky Saputri, akan banyak rakyat yang mengkritik dipotong (baca: represif) kebebasannya dalam berbicara dan berpendapat.