Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai hasil survei berbagai lembaga belakangan ini yang menunjukkan kemerosotan elektabilitas Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden karena masalah yang menimpa partai-partai dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Ujang menekankan bahwa hasil-hasil survei tersebut belum tentu bisa dipercaya 100 persen lantaran ada kemungkinan lembaga survei untuk memodifikasi hasilnya sebelum disampaikan kepada masyarakat.
“Saya tidak tahu ya apakah surveinya itu sungguhan atau tidak, karena survei itu kan ada yang objektif ada yang tidak. Ada yang memang dipublis sudah dimodifikasi atau memang ada yang tidak dipublis yang benar, biasanya begitu,” kata Ujang kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Ujang menyebut meskipun hasil survei bisa dipercaya, namun ada banyak faktor yang dirasanya sengaja dibentuk untuk menjegal Anies Baswedan maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Salah satunya merupakan kasus yang melibatkan mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Johnny G. Plate, yaitu korupsi BTS 4G.
“Bisa jadi sebenarnya Anies banyak diserang oleh mereka banyak dibusuki oleh mereka. Lalu partai pendukungnya juga banyak dikerjai, disikat terkait dengan misalnya kasus korupsi G. Plate kan gitu,” ujar Ujang.
Pendiri Indonesia Political Review (IPR) ini mengingatkan kembali jika permasalahan politik itu mengenai persepsi. Jika persepsi yang diberikan sejalan dengan harapan mayoritas maka ketertarikan publik akan meningkat. Namun bila tidak, akan ada banyak pihak yang berupaya untuk menjegal.
“Karena bagaimana pun kan politik itu selalu persepsi. Kalau persepsinya baik ya elektabilitasnya akan naik, kalau persepsinya buruk dibusuk-busuki ya maka akan buruk soal elektabilitasnya makanya turun. Kita harus objektif dalam menilai apapun terutama dalam survei,” terang Ujang.
Lebih lanjut Ujang menuturkan jika dilihat secara objektif, pemilih-pemilih yang kritis terhadap pemerintah saat ini masih tetap berada di kubu Anies. Namun, ia tidak mau menanggapi lebih jauh lagi karena baginya menanggapi survei sama seperti menilai keajaiban.
“Ada yang objektif ada yang memutarbalikkan fakta juga ada. Agak sulit saya menilai ini. Saya sih melihat orang yang kritis dan akademis itu masih ke Anies walaupun hasil survei sebaliknya,” tegasnya.
Lebih jauh Ujang juga mengkritisi kedekatan lembaga survei kepada pemerintah akan mempengaruhi pandangan publik mengenai jika Anies gagal maju dalam ajang pilpres mendatang. Untuk itu, Ujang menyebut ini menjadi permainan biasa dalam politik dengan menyusun berbagai skema rencana untuk menjegal pihak lawan.
“Ya memang seperti itu, (ada lembaga survei) kan orang (pendukung) pemerintah, lembaga (pendukung) pemerintah, dekat dengan Jokowi maka ya mungkin membuat framing agar Anies memang akan dijegal dan sudah dikondisikan agar melalui surveinya seandainya dijegal memang tidak kaget, sehingga bisa dimaklumi,” ungkap Ujang.