Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Catatan Kritis Untuk Prabowo: 'Capres Emosional Mimikri Jokowi'




"Kalau benar Prabowo bilang begitu, tolong tanyakan padanya, Pak Prabowo agamanya apa? Kalau dia menjawab Islam, tolong tanyakan nyawa itu milik siapa?" kata Gus Dur.

Itu adalah cuplikan dialog antara almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur Presiden ke-4 RI, sebelum Reformasi 1998 dengan seseorang yang mengaku diutus Danjen Kopassus, Letjen Prabowo Subianto untuk menyampaikan pesan; "Sampaikan pada Gus Dur, kalau tetap berkoar-koar seperti itu, saya punya 100 sniper (penembak jitu) yang siap membuangkan Gus Dur."

Kutipan dialog itu dicuplik dari buku berjudul Gus Dur Presiden Republik Akhirat, karya Muhammad Zakki.

Dari semua catatan miring tentang Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra dan calon presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang diusung bersama Partai Kebangkitan Bangsa untuk kontestasi Pilpres 2024, saya percaya kebenaran dari buku Zakki ini.

Sederhana saja alasannya, buku ini dipublikasikan tahun 2010 jauh dari hiruk pikuk Pemilu, saat bertanding dengan Presiden Joko Widodo pada 2014, apalagi 2019. Jadi, nir muatan politis, atau sengaja dibuat untuk menjatuhkan nama baik Prabowo. 

Narasi sejarah kedua yang bisa menggambarkan seperti apa sifat temperamen Prabowo adalah saat dia marah besar kepada almarhum Presiden BJ Habibie ketika terjadi krisis politik dan ekonomi pada 1998.

Saat itu Habibie mencopot jabatan Prabowo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 23 Mei 1998. Pencopotan itu persis satu hari setelah Habibie dilantik menjadi presiden menggantikan Soeharto.

Ketegangan yang dikisahkan oleh Letjen (Purnawirawan) Sintong Hamonangan Panjaitan, dalam bukunya, 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', yang terbit pada 2009-lagi-lagi tidak ada kaitannya untuk menjegal Prabowo.

Prabowo dicopot karena Habibie menerima laporan adanya pergerakan pasukan Kostrad dari daerah menuju Jakarta tanpa sepengetahuan Panglima ABRI (TNI) waktu itu, Jenderal Wiranto pada 22 Mei 1998.

Kisah ketegangan keduanya bisa dibaca di buku itu, bagaimana seorang prajurit, yang tentu saja karena menantu bekas presiden sebelumnya, merasa berhak marah dan tak terima dicopot oleh panglima tertinggi TNI. 

Narasi sejarah ketiga, tentu saja skandal Tim Mawar, sebuah kelompok dalam Grup IV Sandi Yudha di tubuh Komando Pasukan Khusus (Kopassus) saat ia pimpin, yang bertanggung jawab atas penculikan 23 aktivis demokrasi sepanjang 1997-1998.

Prabowo pada akhirnya memang dipecat dari kedinasan TNI secara tidak terhormat, tapi di persidangan ia tidak terbukti terlibat atau memerintahkan penculikan secara langsung-sebuah keganjilan yang dipaksakan untuk dipercaya publik.

Belakangan, dalam Arsip Keamanan Nasional (NSA), dokumen rahasia Amerika Serikat tertanggal 7 Mei 1998 yang dirilis 2018, mengungkap catatan staf Kedutaan Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang menghilang, disebutkan; "Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto."

Selebihnya, narasi-narasi pencitraan seperti pernyataan Gus Dur bahwa Prabowo adalah orang paling ikhlas, dan juga diramal Gus Dur akan menjadi Presiden di usia senja cukup meragukan.

Narasi-narasi itu diulang-ulang media oleh tim komunikasi menjelang Pemilu untuk menambal bopeng citra Prabowo. 

Sebagian generasi millennial (lahir 1980-1995), apalagi Gen Z (1995-2012) can't relate dengan catatan hitam sosok Prabowo.

Saya pribadi, dan saya kira sebagian besar teman-teman elemen aktivis mahasiswa 1998 yang tak berprofesi sebagai politisi masih tetap menganggap Prabowo tak layak menjadi Presiden Indonesia.

Salah satu alasan paling mendasar adalah tetap rekam jejak hitam selama berkarir di militer, dan level emosionalnya yang tidak stabil sehingga tak layak untuk memimpin 278 juta rakyat Indonesia dengan pelbagai problem peliknya.

Prabowo tidak berubah, tetap saja emosional dan temperamental, meskipun usianya telah bertambah tua. Kadarnya saja yang berkurang.

Bagi yang terlewat dengan catatan sejarahnya, bisa dengan mudah googling, misalnya "Prabowo gebrak meja podium" atau makian Prabowo kepada juru media dengan kata kunci "Prabowo pimpinan Jakarta Post brengsek". 

Banyak sekali jejak digital arogansi yang merujuk pada periode kampanye Pilpres 2014 dan 2019 yang secara telanjang menunjukkan betapa tempramentalnya anak begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini.

Sebuah survei lawas, menjelang Pilpres 2014 yang diselenggarakan oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, menyimpulkan Prabowo memiliki kecenderungan gaya kepemimpinan otoriter.

Penelitian ini dilakukan terhadap 204 psikolog di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang berpengalaman dalam menilai kepribadian.

Riset diadakan pada 18-27 Juni 2014, dimana sebanyak 76 persen psikolog, menyatakan Prabowo bakal menjalankan gaya otoriter jika terpilih menjadi presiden.

Saya tetap tidak bisa membayangkan orang yang pernah bertanggung jawab menghilangkan nyawa sejumlah orang, menjadi presiden kita.

Walaupun belakangan Prabowo sangat baik kepada para korban, dan bahkan merangkul sejumlah aktivis yang diculik dalam, dan juga merekrut bekas anak buahnya di Tim Mawar, tetap saja tidak bisa menawarkan catatan kelam masa lalu.

Sumber Berita / Artikel Asli : CNBC Indonesia

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - GentaPos.com | All Right Reserved