Sebuah dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) beberapa pekan terakhir bocor di media sosial Discord.
Dokumen itu mengungkap kegiatan Washington menguping sekutu utama, termasuk Korea Selatan (Korsel), Israel, serta perang antara Rusia dan Ukraina.
Dalam dokumen itu, terungkap beberapa rencana Kyiv dalam menyerang Rusia.
Ini didapatkan dari intelijen AS yang menguping Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Zelensky pada akhir Februari lalu menyarankan untuk menyerang lokasi penyebaran Rusia di Oblast Rostov Rusia dengan menggunakan kendaraan udara tak berawak.
Ini disebabkan karena Ukraina tidak memiliki senjata jarak jauh lainnya yang mampu menjangkau sejauh itu.
AS sendiri memutuskan untuk tidak memberikan sistem rudal jarak jauh pada Kyiv karena kekhawatiran akan menggunakannya untuk menyerang di dalam Rusia.
Apalagi, China dilaporkan dapat mengambil manuver yang berseberangan jika Ukraina melakukannya.
"China dapat menggunakan serangan Ukraina pada sasaran jauh di dalam Rusia sebagai peluang untuk menjadikan NATO sebagai agresor, dan dapat meningkatkan bantuannya ke Rusia jika menganggap serangan itu signifikan," tulis laporan itu dikutip CNN International, Senin (10/4/2023).
Yang lain lagi membocorkan kelemahan utama dalam persenjataan Ukraina, pertahanan udara, ukuran batalyon, serta kesiapan pada titik kritis dalam perang.
Hal ini diketahui sedang dikembangkan mengingat Ukraina yang bersiap untuk melancarkan serangan balasan terhadap Rusia.
"Namun, Ukraina telah mengubah beberapa rencana militernya karena kebocoran dokumen tersebut," papar salah seorang sumber yang dekat dengan Zelensky.
Data lainnya yang bocor adalah bagaimana percakapan antara dua pejabat senior keamanan nasional Korsel tentang kekhawatiran Dewan Keamanan Nasional negara itu setelah AS meminta bantuan amunisi untuk Ukraina.
Para pejabat khawatir bahwa memasok amunisi, yang kemudian akan dikirim AS ke Ukraina, akan melanggar kebijakan Seoul untuk tidak memasok bantuan mematikan ke negara-negara yang sedang berperang.
Tapi akhirnya, salah satu pejabat kemudian menyarankan cara untuk mengakali kebijakan tersebut dengan menjual amunisi ke Polandia.
"Dokumen tersebut telah memicu kontroversi di Seoul, dengan pejabat Korea Selatan mengatakan kepada wartawan bahwa mereka berencana untuk mengangkat masalah tersebut ke Washington," tulis The New York Times.
"Pejabat dari negara lain juga berencana untuk mengangkat masalah ini dengan Washington, tetapi mereka belum melakukan pembicaraan itu karena mereka menunggu untuk melihat apa yang dikatakan pemerintahan Biden tentang dokumen yang bocor dalam beberapa hari mendatang," terang beberapa diplomat.
Selain Ukraina, laporan intelijen tentang Israel telah memicu kemarahan di Yerusalem.
Laporan tersebut, diproduksi oleh CIA, mengatakan bahwa badan intelijen utama Israel, Mossad, telah mendorong protes terhadap pemerintah negara itu terkait peraturan peradilan baru.
"Mossad telah mendorong protes terhadap pemerintah, termasuk beberapa seruan eksplisit untuk bertindak," tulis laporan tersebut.
Tak hanya itu, dokumen yang bocor itu juga mengungkapkan bahwa penetrasi AS ke Kementerian Pertahanan Rusia dan organisasi tentara bayaran Grup Wagner.
Pentagon disebut telah memiliki informan hidup di sekitar lembaga-lembaga itu.
Dokumen menunjukkan bahwa AS telah mampu mencegat rencana penargetan Rusia, hingga pembangkit listrik termoelektrik yang tepat, gardu listrik, dan jembatan kereta api serta kendaraan yang direncanakan pasukan Rusia untuk menyerang di dalam Ukraina. AS juga dapat mengetahui kapan serangan Rusia itu akan dilakukan.
"AS juga mampu mencegat strategi Rusia untuk memerangi tank NATO karena memasuki Ukraina mulai bulan April. Rencana tersebut menyerukan untuk menetapkan tiga zona api berdasarkan jangkauan panjang, menengah, dan pendek dengan masing-masing zona dicakup oleh persenjataan dan tipe unit tertentu," kata laporan intelijen AS.
Menyoroti kekhawatiran AS tentang Grup Wagner, dokumen tersebut membahas perekrutan baru lembaga itu atas tahanan Rusia menggarisbawahi pengaruh berkelanjutan pemimpinnya dengan Putin.
Wagner juga disebutkan berencana memperkuat kehadirannya di seluruh Afrika dan di Haiti.
Terkait dengan laporan-laporan ini, pejabat AS mengatakan beberapa dokumen yang bocor tersebut merupakan dokumen sah.
Wakil sekretaris pers Pentagon, Sabrina Singh, mengatakan Washington telah melakukan 'upaya antarlembaga' untuk menilai dampak kebocoran itu.
"Departemen Pertahanan terus meninjau dan menilai validitas dokumen berfoto yang beredar di situs media sosial dan tampaknya berisi materi sensitif dan sangat rahasia," kata Singh dalam sebuah pernyataan.
Dari Ukraina, penasihat kepala Kantor Presiden Mykhailo Podolyak, mengatakan di saluran Telegramnya pada hari Jumat bahwa ia percaya dokumen yang telah disebarluaskan tidak asli, tidak ada hubungannya dengan rencana nyata Ukraina dan didasarkan pada 'sejumlah besar informasi fiktif' yang disebarluaskan oleh Rusia.
Sementara itu, Kantor Perdana Menteri Israel menanggapi laporan Mossad sebagai bohong dan tanpa dasar apa pun.
Menurut Tel Aviv, Mossad memiliki dedikasi penuh untuk melayani negara dan tak pernah mempengaruhi perjalanan demokrasi Israel.
"Mossad dan pejabat seniornya tidak mendorong personel agensi untuk bergabung dalam demonstrasi menentang pemerintah, demonstrasi politik, atau aktivitas politik apa pun," kata pernyataan itu.